LP3D Kritik Kinerja BPBD
Selasa, 28 Februari 20170 komentar
Korban Banjir Mulai Terserang Penyakit
CIKARANG PUSAT – Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pemerintahan Daerah (LP3D) Bekasi mengkritik Badang Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, yang lamban menangani korban yang terkena musibah banjir. Pasalnya, dibeberapa wilayah Utara Kabupaten Bekasi, banyak warga yang belum dievakuasi dan minim bantuan.
Hal tersebut dikatakan, Koordinator LP3D, Ronny Harefa kepada Cikarang Ekspres. “Kami dari LP3D mempertanyakan kinerja BPBD Kabupaten Bekasi. Karena sudah banyak korban banjir kiriman tersebut yang membutuhkan bantuan,” kata dia, Senin (27/2) kemarin.
Ronny menambahkan, pihak BPBD sudah seharusnya kerja lebih cepat tanggap. Agar, korban yang masih terkena musibah banjir, agar diberikan solusi. Pasalnya, pada Senin (27/2) kemarin, pihaknya telah menerima keluhan dari masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Muaragembong.
“Kami sudah menerima informasi keluhan, mereka membutuhkan bantuan obat-obatan dan lain-lain,” ujar Ronny.
Ronny menyampaikan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi pun jangan tutup mata dengan banjir yang melanda setiap musim hujan. Dikarenakan, pada saat ini masyarakat yang terkena musibah sudah mulai diserang berbagai penyakit.
“Lalu Dinas Kesehatan juga harus segera memberikan pelayanan, obat-obatan. Karena masyarakat disana sudah ada yang mulai kena penyakit kulit,” imbuhnya.
Sebelumnya, sebanyak 10 dari 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi terendam banjir sejak sepekan terakhir. Air terus menggenang setelah hujan deras mengguyur Kabupaten Bekasi dan sekitarnya. Banjir mencapai puncaknya pada Kamis (23/2) lalu.
Jalu, relawan Badan Penanggulangan Banjir Daerah Kabupaten Bekasi menyebut banjir kembali meninggi setelah hujan lebat kembali mengguyur Kabupaten Bekasi sejak Selasa (21/2) petang hingga malam. Di Desa Huripjaya, Kecamatan Babelan, 1.900 jiwa warga dievakuasi.
“Jadi banjir itu sempat turun tapi naik lagi karena hujan deras kan semalam, kemudian di daerah lain juga hujan jadi airnya mengalir ke Huripjaya. Semalam itu air tingginya sekitar 1,2 meter. Sepertinya kalau hujan lagi bisa semakin tinggi. Prediksi hujan terus sampai akhir bulan ini,” kata Jalu
Jalu mengatakan, Huripjaya menjadi salah satu daerah paling parah terendam karena berada di antara dua sungai yakni Kali Bekasi dan Kali Cikarang-Bekasi-Laut. Menurut dia, pertemuan dua sungai itu berdekatan dengan desa yang berdekatan dengan Kota Bekasi itu.
“Jadi Hurip Jaya itu istilahnya seperti muara, daerah rendahnya di sini. Kemudian lokasi ini juga banyak rumah kayu jadi dikhawatirkan terseret,” kata dia.
Diungkapkan Jalu, BPBD telah membangun posko untuk warga yang mengungsi. Sejumlah bantuan pun telah dipersiapkan, hanya saja sulitnya medan membuat pasokan bantuan terhambat. “Posko kami bangun lagi untuk pengungsi. Kemudian bantuan logistik masih terus kami distribusikan,” kata dia.
Sementara itu, banjir pun merendam Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara. Ahmad Suryadi (27), warga setempat mengatakan, banjir tidak setinggi daerah lainnya namun derasnya aliran Kali CBL membuat warga khawatir terjadinya longsor.
“Kalau banjir di sini sekarang tidak terlalu parah, cuma takut longsor karena itu di kali airnya deras,” ucapnya.
Sebanyak 10 rumah di 2 rukun tetangga, yakni RT 004 RW 05 dan RT 001 RW 04 pernah longsor pada tahun 2016 lalu. Hal itu disebabkan derasnya aliran iar yang mampu mengikis tanah. “Karena intensitas hujan yang tinggi, ketinggian air dan arus deras Kali Bekasi, membuat warga siaga,” ucap dia.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Bekasi menggelar rapat mendadak guna membahas persoalan banjir. Kepala BPBD Kabupaten Bekasi Agus Supratman mengatakan, banjir telah merendam 10 kecamatan di antaranya Cabangbungin, Tambun Utara, Muaragembong, Babelan, Cikarang Utara, Tarumajaya, Cibitung dan Kedungwaringin.
“Sementara masih rata-rata, ada 10 kecamatan yang agak sudah tergenang ada sampai empat desa ada yang sudah sangat darurat,” kata dia yang menyatakan pendataan terkait korban banjir masih dilakukan.
Kendati telah merendam hingga 10 kecamatan, dari hasil rapat tersebut, Pemkab Bekasi belum dapat menetapkan sebagai keadaan darurat. Soalnya, kata Supratman, banjir tersebut kerap terjadi di setiap tahunnya. Banjir rutin tatkala memasuki musim penghujan.
Meskipun demikian, pemberian bantuan kepada masyarakat yang terkena musibah banjir tetap dilakukan. “Kami sudah memberikan bantuan dengan sesuai kebutuhan. Kami juga sudah berkordinasi dengan camat. Apalagi, sudah ada peraturan daerah, BPBD juga bisa bergerak memberikan bantuan. Tapi demikian kita juga berkordinasi dengan dinas sosial,” tandasnya. (jio)
SUMBER: KARAWANGBEKASIEKSPRES.COM
Mengenai Saya
Arsip
- 10